.quickedit{ display:none; }

Sabtu, 30 April 2011

Biografi Mario Teguh - Motivator Termahal Di Indonesia

Mario Teguh (lahir di Makassar, 5 Maret 1956; umur 54 tahun) adalah seorang muslim yang menjadi motivator dan konsultan asal Indonesia. Nama aslinya adalah Sis Maryono Teguh, namun saat tampil di depan publik, ia menggunakan nama Mario Teguh. Ia meraih gelar Sarjana Pendidikan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang. Mario Teguh sempat bekerja di Citibank, kemudian mendirikan Bussiness Effectiveness Consultant, Exnal Corp. menjabat sebagai CEO (Chief Executive Officer) dan Senior Consultan. Beliau juga membentuk komunnitas Mario Teguh Super Club (MTSC).


Tahun 2010 kembali meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai Motivator dengan Facebook Fans terbesar di dunia.

Di awal tahun 2010, Beliau terpilih sebagai satu dari 8 Tokoh Perubahan 2009 versi Republika surat kabar yang terbit di Jakarta.

Sebelumnya Beliau membawakan acara bertajuk Business Art di O'Channel. Kemudian namanya semakin dikenal luas oleh masyarakat ketika ia membawakan acara Mario Teguh Golden Ways di Metro TV. Pada saat ini Mario Teguh dikenal sebagai salah satu motivator termahal di Indonesia.

Di tahun 2003 mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai penyelenggara seminar berhadiah mobil pertama di Indonesia.

Pendidikan

  1. Jurusan Arsitektur New Trier West High (setingkat SMA) di Chicago, Amerika Serikat, 1975.
  2. Jurusan Linguistik dan Pendidikan Bahasa Inggris, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang (S-1).
  3. Jurusan International Business, Sophia University, Tokyo, Jepang.
  4. Jurusan Operations Systems, Indiana University, Amerika Serikat, 1983 (MBA).
PENGALAMAN
  • Citibank Indonesia (1983 – 1986) as Head of Sales
  • BSB Bank (1986 – 1989) as Manager Business Development
  • Aspac Bank (1990 – 1994) as Vice President Marketing & Organization Development
  • Exnal Corp Jakarta (1994 – present) as CEO, Senior Consultant
  • Spesialisasi : Business Effectiveness Consultant
BUKU KARANGAN MARIO TEGUH
  • Becoming a Star (2006)
  • One Million Second Chances (2006) Biodata
PRESTASI MARIO TEGUH DI TAHUN 2010
  • Meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai Motivator dengan Facebook Fans terbesar di dunia.
  • Terpilih sebagai satu dari 8 Tokoh Perubahan 2009 versi Republika surat kabar yang terbit di Jakarta.
Sebelumnya Mario Teguh membawakan acara bertajuk Business Art di O’Channel. Kemudian namanya semakin dikenal luas oleh masyarakat ketika ia membawakan acara Mario Teguh Golden Ways di Metro TV. Dan pada saat ini Mario Teguh dikenal sebagai salah satu motivator termahal di Indonesia.

TIPS MARIO TEGUH

Semua keberhasilan dan kegagalan seseorang itu berasal dari masing masing orang tersebut, memulai suatu usaha apapun harus dimulai dari sikap dan cara berpikir kita dalam menanggapi berbagai situasi yang akan ditemui dalam mengarungi kerasnya kehidupan ini. Semua kita ini adalah orang orang yang memiliki kelebihan dan kekurangan, tinggal bagaimana kita mengoptimalkan potensi kelebihan kita dan meminimalkan kekurangan kita, karna keseimbangan ke semua unsur kita adalah kinci sukses yang akan kita raih. Kita bukan harus berhasil, bukan harus sukses, tapi kita harus mencoba untuk sukses tampa kenal lelah dan kata menyerah, kegagalan adalah jenjang untuk sebuah kesuksesan bukan harus ditangisi dan disesali.

KUMPULAN KATA BIJAK MARIO TEGUH
KATA MUTIARA MARIO TEGUH | KATA MOTIVASI MARIO TEGUH

Jika anda menasehatkan sesuatu yang belum pernah anda lakukan, cepat atau lambat anda akan diuji dengan apa yang anda nasehati. Nasehatkan tentang kesabaran, maka kesabaran anda akan diuji.
Orang yang menghindari kesalahan, tidak akan tumbuh.
Nikmatilah setiap proses kehidupan.
Orang lain adalah cermin. Ada dua jenis : cermin baik dan buruk. Cermin buruk, sebaik apapun diri kita, akan tetap memantulkan gambar diri yang bengkok. Itulah mengapa anda perlu bergaul dengan lingkungan yang baik
Budi Pekerti adalah tindakan baik yang didasari oleh tujuan yang baik. Tujuan kemanusiaan dari budi pekerti adalah agar anda berguna bagi sesama.
Jika hidup dan matiku untuk Tuhan, untuk saya apa? Anda dapat apa yang Tuhan miliki.
Kebesaran orang bukan ditentukan oleh besar kecil tubuhnya, melainkan besar kecil hatinya.
Tidak mungkin ada dua benda dalam satu ruang. Pilih apa yang hendak anda masukkan ke hati anda : kebaikan atau kejahatan?
Hadiah pertama bagi orang yang melakukan kebaikan adalah kebaikan.
Penampilan terbaik dari seseorang adalah penampilan yang mewakili hati yang baik.
Manusia terindah adalah manusia yang bermanfaat untuk saudaranya.
Bagi pribadi yang tidak waspada dan tidak bersikap baik, dia bahkan akan menipu dirinya sendiri di hadapan pribadi yang mulia dan jujur kepadanya.
Harus datang akhir dari masa di mana orang mengambil keuntungan dari mengatakan dan melakukan yang tidak jujur kepada kita dan kepada mereka yang kita cintai.
Segala yang kita lakukan tidak ada yang tidak beresiko. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Ada beberapa panduan menyikapi resiko.
  • Resiko tidak seharusnya membuat kita ciut nyali, namun tidak seharusnya juga menjadikan diri sebagai orang yang tidak takut dosa.
  • Memilih sebuah hubungan adalah menerima resiko, cerminan diri kita dapat dilihat dari perilakunya terhadap kita.
  • Resiko seharusnya dapat membuat kita menjadi orang yang lebih baik.
  • Berfokuslah pada apa yang berani kita lakukan, hasilnya kita serahkan kepada Tuhan.
Jangan paksa orang untuk berubah. Berubah itu sulit. Berkasih sayanglah.
Perubahan itu tidak mudah, terutama untuk memperbaiki kualitas hidup.
Inginkanlah yang mudah, tetapi jangan lupakan keharusan mu untuk menjadi lebih kuat. Bukan pemberian yang mudah yang akan memudahkan hidup mu, tetapi kemampuan yang menjadikan mu pantas bagi semua pemberian besar – yang tidak mudah untuk didapat itu, yang akan menjadikan mu penegak kehidupan yang berjaya.
Lebih mudah meneruskan apa adanya, walau pun tidak mudah hidup dalam kesulitan. Maka jangan ganggu dia yang sulit berubah, walau pun itu untuk kebaikannya sendiri. Biarkanlah dia mengutamakan yang mudah sekarang, karena dia tidak keberatan dengan kesulitannya.
Orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri ・lebih mudah untuk merasa sedih dan tidak berguna.
Tujuan hidup adalah sebuah ketetapan yang mendasari semua rencana dan kerja kita, dan yang menjadi penjaga arah perjalanan.
Kasih sayang itu sederhana. Tetapi, tidak sederhana perannya dalam mencantikkan kehidupan kita. Marilah kita mengikhlaskanlah diri untuk mengasihi pasangan kita sepenuhnya.
Jika kita sedang benar, jangan terlalu berani dan bila kita sedang takut, jangan terlalu takut. Karena keseimbangan sikap adalah penentu ketepatan perjalanan kesuksesan kita.
Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga. Memilik waktu tidak menjadikan kita kaya, tetapi menggunakannya dengan baik adalah sumber dari semua kekayaan.
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.
Kita hanya dekat dengan mereka yang kita sukai. Dan seringkali kita menghindari orang yang tidak tidak kita sukai, padahal dari dialah kita akan mengenal sudut pikiran yang baru.
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan.
Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan.
Jangan menolak perubahan hanya karena kita takut kehilangan yang telah dimiliki, karena dengannya kita merendahkan nilai yang bisa kita capai melalui perubahan itu.
Kita tidak akan berhasil menjadi pribadi baru bila kita berkeras untuk mempertahankan cara-cara lama kita. Kita akan disebut baru, hanya bila cara-cara kita baru.
Ketepatan sikap adalah dasar semua ketepatan. Tidak ada penghalang keberhasilan bila sikap kita tepat, dan tidak ada yang bisa menolong bila sikap kita salah.
Orang lanjut usia yang berorientasi pada kesempatan adalah orang muda yang tidak pernah menua ; tetapi pemuda yang berorientasi pada keamanan, telah menua sejak muda.
Hanya orang takut yang bisa berani, karena keberanian adalah melakukan sesuatu yang ditakutinya. Maka, bila merasa takut, kita akan punya kesempatan untuk bersikap berani.
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat. kita akan menjadi lebih damai bila yang kita pikirkan adalah jalan keluar masalah.
Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian kita dapat.
Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku seperti orang yang terus memeras jerami untuk mendapatkan santan.
Bila kita belum menemukan pekerjaan yang sesuai dengan bakat kita, bakatilah apapun pekerjaan kita sekarang. Kita akan tampil secemerlang yang berbakat.
Kita lebih menghormati orang miskin yang berani daripada orang kaya yang penakut. Karena sebetulnya telah jelas perbedaan kualitas masa depan yang akan mereka capai.
Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kapankah kita akan mendapat pengetahuan yang baru ? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan.
Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin. Dengan mencoba sesuatu yang tidak mungkin,kita akan bisa mencapai yang terbaik dari yang mungkin kita capai.
Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.
Bila kita mencari uang, kita akan dipaksa mengupayakan pelayanan yang terbaik. Tetapi jika kita mengutamakan pelayanan yang baik, maka kitalah yang akan dicari uang.
Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang baik. Jangan menjadi orang tua yang masih melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan saat muda.
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat. Anda akan menjadi lebih damai bila yang anda pikirkan adalah jalan keluar masalah.
Kita lebih menghormati orang miskin yang berani daripada orang kaya yang penakut. Karena sebetulnya telah jelas perbedaan kualitas masa depan yang akan mereka capai.
Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin. Dengan mencoba sesuatu yang tidak mungkin,anda akan bisa mencapai yang terbaik dari yang mungkin anda capai.
Waktu ,mengubah semua hal, kecuali kita. Kita mungkin menua dengan berjalanannya waktu, tetapi belum tentu membijak. Kita-lah yang harus mengubah diri kita sendiri.

Jumat, 29 April 2011

Sekilas Mengenal Madura




Siapa tak kenal Madura. Berbagai konotasi plus minus kerap dilontarkan oleh orang-orang dari luar Pulau Madura. Konotasi plus, karena Madura memiliki keunggulan tradisi yang barangkali tidak dimiliki oleh etnik lainnya, dan bahkan fenomena kebudayaan Madura kerap menjadi obyek para peneliti untuk lebih mengenal tentang apa dan bagaimana Madura.

Sisi lain, konotasi minus masyarakat Madura, karena meiliki karakter “keras”, meski sebenarnya dipahami sebagai karakter “tegas”. Carok, premanis di kota-kota besar, dan selalu tampak menduduki usaha kelas ekonomi rendah, sehingga konotasi ini menjadi “bumerang” orang-orang Madura, meski dalam pemahaman keliru.

Secara geografis Madura merupakan gugusan pulau yang terletak diujung paling timur Pulau Jawa. Madura juga  di kenal sebagai daerah dengan alam yang tandus. Wilayah Madura terdiri dari sekitar tujuh puluh pulau lebih, dalam kesamaan memiliki budaya etnik, yaitu budaya Madura.

Karena karakteristik itulah, plus minus Madura, demikian gencar menjadi sorotan masyarakat luar, apalagi ketika terjadi kasus Sampit (perselisihan antara masyarakat etnik Madura dengan Dayak di Kalimantan pada tahun 2005), yang kemudian menjadi konflik yang benar-benar menyita pemikiran semua pihak, mengakibatkan “popularitas” Madura  semakin terangkat. Namun demikian Madura adalah Madura dengan plus minus yang justru menjadi kebanggaan masyarakat Madura sendiri.

Pulau Madura termasuk propoinsi Jawa Timur. Pulau ini terkenal sebagai pemasok garam nasional bagi Indonesia. Pilihan bertambak garam bagi penduduk Madura disebabkan kurang begitu suburnya tanah pulau ini bagi pertanian. Karena alasan serupa, banyak orang Madura menjadi perantau ke daerah-daerah lain di Indonesia. Komunitas Madura yang besar dapat ditemukan di sejumlah pulau di Indonesia, yang umumnya menempati wilayah-wilayah pesisir.



Kabupaten Bangkalan, adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini terletak di ujung paling barat Pulau Madura; berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Sampang di timur, serta Selat Madura di selatan dan barat.
Pelabuhan Kamal merupakan pintu gerbang Madura dari Jawa, dimana terdapat layanan kapal ferry yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (Pelabuhan Ujung). Saat ini telah dibangun Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura), yang kemudian menjadi jembatan terpanjang di Indonesia. Bangkalan merupakan salah satu kawasan perkembangan Surabaya, serta tercakup dalam lingkup Gerbangkertosusila.



Kabupaten Sampang, adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura. Ibukotanya adalah Sampang. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Pamekasan di timur, Selat Madura di selatan, serta Kabupaten Bangkalan di barat. Masakan khas kota ini adalah kaldu.



Kabupaten Pamekasan adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura. Ibukotanya adalah Pamekasan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Madura di selatan, Kabupaten Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur. Pusat pemerintahan di Kecamatan Pamekasan.



Sumenep (bahasa Madura: Songènèb) adalah sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Madura. Ibu kotanya ialah Kota Sumenep. Sumenep memiliki sebuah keraton keluarga kerajaan Madura, Cakraningrat. Kabupaten Sumenep selain terdiri wilayah daratan juga terdiri dari kepulauan yang berjumlah 126 pulau. Pulau yang paling utara adalah Pulau Karamian yang terletak di Kecamatan Masalembu dan pulau yang paling Timur adalah Pulau Sakala, yang berdekatan Makasar (Sulawesi).

Sebagai etnik Madura, masyarakat Madura menggunakan bahasa ibu, yaitu bahasa Madura, yang masing-masing daerah (Madura barat, tengah dan timur) memiliki  pengucapan dialek yang berbeda, sebagaimana lazimnya etnik-etnik lain yang menggunakan bahasa ibu daerahnya. Namun demikian ada sebagian masyarakat Madura, yang tidak menggunakan bahasa Madura secara utuh, yaitu masyarakat kepulauan Kangean dan sekitarnya. Hal ini karena pengaruh dari suku/etnik lainnya; Bugis, Jawa dan Melayu, sehingga mereka menggunakan bahasa Kangean, yang kadang juga tidak dimengerti kata-kata bahasa tersebut oleh masyarakat Madura umumnya.

Beberapa catatan yang perlu dicermati, tentang siapa sebenarnya orang Madura?. Berikut beberapa pandangan hidup masyarakat Madura, yang juga menjadi titik acuan falsafah Madura.

Abantal omba’ asapo’ angen
(Berbantal ombak berselimut angin).

Menggambarkan sikap hidup dinamis dan enerjik dan tabah untuk menghadapi berbagai tantangn dan cobaan. Hidup harus dihadapi dengan kerja keras.

Abantal syahadat asapo’ iman
(Berbantal syahadat berselimut iman).

Oreng andhi’ tatakrama reya akantha pesse singgapun, ekabalan ja’a e dhimma bai paju.
(Orang yang punya budi pekerti yang baik itu seperti uang (emas) singapara, dibelanjakan di mana saja pasti laku).

Ta’tao Judanagara
(Tidak mengenal Judanegara)

Judanegara adalah seorang tumenggung di Madura yang sangat baik budi pekertinya, sehingga pantas dijadikan kaca kebbang (contoh teladan) bagi orang Madura. Orang yang disebut tidak mengenal (ajaran) Judanegara dianggap jauh dari sikap mulia, alias hina

Bila cempa palotan
Bila kanca taretan
(Setiap beras cempa itu ketan
 Setiap teman itu saudara)

Melukiskan bahwa teman (sahabat) harus diperlakukan sebagai saudara sendiri.

Mon ba’na etobi’ sake’ ja’ nobi’an oreng
(Kalau kamu dicubit merasa sakit jangan mencubit orang lain)

Ajaran di atas menyarankan supaya setiap orang mengerti perasaan orang lain. Sehingga ia harus memperlakukan orang lain dan menghormati orang lain agar ia dihormati orang lain.
Pote atena
(Putih hatinya)

Oreng jujur mate ngonjur
(Orang jujur kalau mati kakinya selonjor (lurus)

Oreng jujur bakal pojur
(Orang jujur bakal mujur)

Sabu keccet akopeyan
Somorra badha e dhaja
Tao lecek sakalean
Saomorra ta’ eparcaja.
(Sawo kecik berbotol-botol
Ada sumur sebelah utara
Pernah berdusta satu kali
Seumur hidup tak dipercaya).

Sapa atane bakal atana’
Sapa adagang bakal adaging
(Siapa rajin bertani akan menanak nasi
Siapa berdagang akan berdaging (tubuhnya padat dan sehat)

Ping pilu’
Ta’ endha’ nyampang lorongnga
Lorongnga tombuwi janggel
Ping pilu’
Ta’ endha’ ngala’ toronna
Toronna oreng ta’ bajeng
(Ping pilu’
Ku tak mau lewat jalan
Jalan itu ditumbuhi sampah jagung
Ping pilu’
Ku tak mau menerima keturunan
Keturunan orang yang tidak rajin bekerja)

Perreng odhi’ ronto biruna
Parse jenno rang-rang tombu
Oreng odhi’ neko koduna
Nyare elmo pataronggu
(Daun bambu hijau runtuh
Bibit kelapa jarang tumbuh
Orang hidup itu seharusnya
Mencari ilmu dengan sungguh).

Dan banyak lagi sejumlah contoh falsafah yang diangkat menjadi kearifan lokal Madura, dalam posting tulisan selanjutnya.

Selain itu, kekakayaan kesenian (baca; seni tradisi) masyarakat di Pulau Madura, menjadikan Madura “layak jual” sebagai konsumsi wisata. Berbagai bentuk seni tradisi yang berkembang di Madura merupakan hasil perkawinan dari berbagai unsur budaya dan telah mengalami proses evolusi. Walaupun berasal dari unsur animisme dan Hinduisme, dalam perkembangannya seni tradisional yang berkembang  lebih kental dengan unsur relegius islami. Hal itu tidak terlepas dari kiprah para da’i ketika memperkenalkan agama Islam pada masyarakat penganut paham lain. Melalui media yang telah ada, yakni kesenian para da’i memasukkan ajaran, anjuran serta ajakan membenahi kerusakan moral dan budi pekerti, mencari hakikat kebenaran, memahami makna hidup, membentuk manusia ber-kepribadian ataupun membentuk manusia ber-budaya.

Suramadu

Awal akan dibangunnya proyek jembatan Suramadu, yang membentang antara Surabaya dengan Pulau Madura, terjadi pro dan kontra. Sebagai kebutuhan vital jalan pintas media transportasi kedua wilayah tersebut, suka atau tuka, pro maupun kontra, pada akhirnya jembatan Suramadu telah membentang megah di selat Madura.

Apa dampak yang didapat bagi masyarakat Madura. Tentu, untuk mengupas hal ini dapat dibaca dalam posting blog ini, dari berbagai susudt, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan budaya, sastra, wisata, bahkan sejarah masing wilayah kabupaten di Pulau Madura. (Admin/Syaf Anton Wr)

Menikmati Pantai Rongkang Bangkalan


Berbagai potensi wisata tersebar di se-antero Bangkalan. Namun, tidak semuanya tergarap dengan baik, terutama wisata pantai. Saking butuhnya, hiburan pantai pun dimanfaatkan ala kadarnya. Tak peduli kurang sedap dipandang atau kurang fasilitas, pantai tetap menjadi tujuan wisata.

PADATNYA
pantai-pantai yang masih disuguhkan secara alami adalah fakta bahwa potensi wisata tersebut masih belum dikelola secara baik. Belum bisanya wisata pantai jadi tumpuan hidup masyarakat sekelilingnya juga membuktikan hal tersebut. Padahal, lokasi wisata selalu jadi tujuan perjalanan pelancong dari luar daerah. Umumnya perputaran uang di lokasi wisata juga sangat tinggi.

Pemandangan di ruas jalan Desa Kwanyar Barat, Kecamatan Kwanyar Minggu (27/9) ramai sejak pagi. Sayangnya tidak ada wajah "asing" di sepanjang jalan tiga meter itu. Mereka yang berkunjung di Pantai Rongkang hanya warga sekitar yang tahu akses mencapai pantai tersebut. Sebab, cukup sulit akses wisatawan menuju pantai ini jika bukan warga Labang, Tragah, Kwanyar atau Modung.

Warga sekitar mengatakan, pantai ini hanya dikunjungi banyak orang hanya setahun sekali. Yaitu, saat orang Madura pada umumnya merayakan Telasen Topa'. Selebihnya, pantai ini sepi. Tanpa hiburan, tidak ada orang jualan dan kerap kali dijadikan tempat "eksekusi" pasangan mesum. "Orang di sini sampai gerah melihat pantai ini dijadikan tempat begituan. Dilarang, nanti ada lagi dan begitu seterusnya," ujar Rifai, warga setempat yang ikut berjualan saat Tellasen Topa' tiba.

Menurut dia, di pantai itu juga kerap kali ditemukan mayat tak beridentitas. "Entah datang dari mana. Mungkin memang dibunuh lalu dibuang ke sini atau terdampar di pantai ini karena ombak yang membawanya," ujarnya. Syukur kejadian tersebut tak terjadi terlampau sering. Namun, tiap ada penemuan selalu menggemparkan warga.

"Padahal tempat ini sangat bagus. Lokasinya strategis, dekat Suramadu dan bisa memandanginya dari sini. Sayangnya, orang luar tidak tahu keberadaan pantai ini. Pemerintah juga tak pernah mencoba mempromosikan pantai ini jadi objek wisata," sesal Rifai.

Sementara itu, sebagian warga ternyata memandang pantai berbatu itu sebelah mata. Sebab, di pantai itu warga terlalu sering menemukan pasangan berbuat tidak senonoh. "Meski sering dipergoki warga, pasangan-pasangan lainnya tidak kapok juga. Kalau sudah sabtu minggu sampean bisa lihat sendiri," ujar Umar yang juga warga Kwanyar Barat.

Seringnya warga memergoki pasangan mesum di pantai membuat tokoh ulama di sekitar pantai itu ikut geram. Namun, ketidaksukaan tersebut tak membuat perbuatan mesum di wilayah pantai berhenti total. "Setiap hari itu ada saja yang sembunyi di karang-karang pantai untuk berbuat mesum. Saya sampai tidak habis pikir," sesalnya.
 
Sumber akses : http://portalmadura.blogspot.com/

Bukit Geger

Foto :Google
Bukit Geger berada kurang lebih 30 Km arah tenggara Kota Bangkalan, tepatnya di desa Geger, Kecamatan Geger.
Dari Kota Bangkalan lurus terus ke arah utara yaitu ke arah kecamatan Arosbaya, lalu ke timur kearah kecamatan geger.
Disitulah bukit itu berada. Bukit tersebut mudah dijangkau karena letaknya tepat dipinggir jalan raya.
Bukit ini berada di ketinggian sekitar 150-200 meter diatas permukaan laut.
Obyek wisata ini bagus untuk wisata alam/ wisata hutan, dan biasanya dibuat sebagai lahan bumi perkemahan dan sebagai tempat olahraga pendakian.
Selain KEindahan Wisata Alam/ hutan, Objek wisata bukit geger juga memiliki PAtung Kuno yang dikeramatkan, ada juga Hutan Akasia, Hutan Mahogany, dan hutan Jati seluas 42 hektar lebih, Lembah Palenggiyan dengan keindahan Danau dan Jejeran Sawah yang rapi dan luas, tempat peristirahatan di puncak bukit yaitu Situs Pelanggiran.
Bukit ini juga memiliki 5 (lima) goa legendaris dan amat bersejarah, nama-namanya dalam bahasa madura kurang lebih jika di Indonesiakan seperti dalam kurung yaitu: Goa Petapan (gua tempat semedi), Goa Potre (gua putri), Goa Planangan (gua laki-laki), Goa Pancong Pote (gua pancung putih), dan Goa Olar (gua Ular).
Konon, Bukit Geger menjadi tempat manusia pertama yang menginjakkan kaki di bumi Madura. Ceritanya, pada abad ke 7-8 Masehi, Patih Pranggulan dari Kerajaan Medang di Kaki Gunung Semeru disebut-sebut sebagai orang pertama yang mendarat di Planggirân (tumpukan batu karang) di bukit Geger. Saat itu dia membawa Dewi Ratna Rorogung, anak Raja Medang yang sedang hamil.
Keduanya terdampar di Planggiran setelah mengarungi lautan dengan rakit. Di bukit Geger itu, Dewi Ratna Rorogung mendapat julukan Potre Koneng. Putri yang satu ini punya kebiasaan bersemedi di tepi tebing. Rutinitas itu dilakukan setiap hari menjelang matahari terbenam. Kini, batu mirip kursi itu disebut Palènggiyân (Madura, Red). Hingga akhirnya lahirlah Raden Segoro dari rahim Dewi Ratna Rorogung.
Tak hanya batu Palènggiyân, di Bukit Geger terdapat banyak situs bersejarah. Diantaranya Goa Petapan, Goa Potre, Goa Planangan, Goa Pancong Pote, dan Goa Olar. Hingga kini di lokasi tersebut banyak dijadikan tempat tirakat oleh masyarakat. Baik masyarakat yang berasal dari Madura maupun dari luar.
Untuk masyarakat luar Jatim, kebanyakan berasal dari Cirebon, Banten, dan Tasikmalaya. Bahkan ada yang datang dari Malaysia dan Brunei. Kebanyakan, masyarakat memilih Goa Petapan dan Goa Potre untuk tempat tirakat.
Menurut kisahnya, Goa Petapan menjadi tempat bertapa Adipodai dan Goa Potre tempat bertapa Potre Koneng. Pada Abad 13, Aryo Kuda Panoleh (Jokotole) yang bergelar Seco Diningrat III hendak berperang dengan Sampotoalang -Dampo Awang (Laksamana dari Cina). Sebelum bertempur, Jokotole menghadap Adipodai di Geger. Sampai akhirnya dia mendapat senjata pamungkas berupa pecut.
Saat bertempur, Jokotole menunggangi kuda terbang. Sedangkan Dampoawang naik perahu terbang. Dalam perang tanding satu lawan satu, Dampoawang beserta perahunya berhasil dihancurkan tepat di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan), Bangkalan. Piring Dampoawang jatuh di Ujung Piring-sekarang nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan. Sedangkan jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah.
Nah, berawal dari cerita itu saat ini Goa Petapan dan Goa Potre dijadikan tempat tirakat oleh masyarakat. Di dua tempat yang dianggap keramat tersebut banyak yang mendapatkan benda-benda yang diyakini memiliki kekuatan mistik.
Banyak orang yang tirakat di lokasi tersebut mengaku mendapat benda gaib. Seperti kisah Sukri, warga asal Kamal, yang mengaku mendapat besi kuning dan keris penangkal hujan saat bertirakat.
Selain itu, goa lain di Bukit Geger juga memiliki keunikan. Seperti Goa Pancong Pote. Goa yang berada di bibir tebing ini di saat hujan ada air yang mengalir di lantai goa yang sangat bening. Malah warnanya seperti pelangi. “Masyarakat biasa menyebutnya air tujuh warna,” ujar Sekretaris Klub Pecinta Alam Kipoleng, Drs Mas Imam Lutfi.
Sedangkan di Goa Planangan, jelas Imam, terdapat stalaktit yang menjuntai ke bawah (maaf) mirip kemaluan pria. Uniknya, air yang menetes dari stalaktit diyakini bisa menambah keperkasaan pria. Sedangkan Goa Olar disebut begitu karena di depan mulut goa ada sebongkah batu yang mirip kepala ular. Goa tersebut berada di puncak bukit.Konon, Bukit Geger menjadi tempat manusia pertama yang menginjakkan kaki di bumi Madura. Ceritanya, pada abad ke 7-8 Masehi, Patih Pranggulan dari Kerajaan Medang di Kaki Gunung Semeru disebut-sebut sebagai orang pertama yang mendarat di Planggirân (tumpukan batu karang) di bukit Geger. Saat itu dia membawa Dewi Ratna Rorogung, anak Raja Medang yang sedang hamil.
Keduanya terdampar di Planggiran setelah mengarungi lautan dengan rakit. Di bukit Geger itu, Dewi Ratna Rorogung mendapat julukan Potre Koneng. Putri yang satu ini punya kebiasaan bersemedi di tepi tebing. Rutinitas itu dilakukan setiap hari menjelang matahari terbenam. Kini, batu mirip kursi itu disebut Palènggiyân (Madura, Red). Hingga akhirnya lahirlah Raden Segoro dari rahim Dewi Ratna Rorogung.
Tak hanya batu Palènggiyân, di Bukit Geger terdapat banyak situs bersejarah. Diantaranya Goa Petapan, Goa Potre, Goa Planangan, Goa Pancong Pote, dan Goa Olar. Hingga kini di lokasi tersebut banyak dijadikan tempat tirakat oleh masyarakat. Baik masyarakat yang berasal dari Madura maupun dari luar.
Untuk masyarakat luar Jatim, kebanyakan berasal dari Cirebon, Banten, dan Tasikmalaya. Bahkan ada yang datang dari Malaysia dan Brunei. Kebanyakan, masyarakat memilih Goa Petapan dan Goa Potre untuk tempat tirakat.
Menurut kisahnya, Goa Petapan menjadi tempat bertapa Adipodai dan Goa Potre tempat bertapa Potre Koneng. Pada Abad 13, Aryo Kuda Panoleh (Jokotole) yang bergelar Seco Diningrat III hendak berperang dengan Sampotoalang -Dampo Awang (Laksamana dari Cina). Sebelum bertempur, Jokotole menghadap Adipodai di Geger. Sampai akhirnya dia mendapat senjata pamungkas berupa pecut.
Saat bertempur, Jokotole menunggangi kuda terbang. Sedangkan Dampoawang naik perahu terbang. Dalam perang tanding satu lawan satu, Dampoawang beserta perahunya berhasil dihancurkan tepat di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan), Bangkalan. Piring Dampoawang jatuh di Ujung Piring-sekarang nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan. Sedangkan jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah.
Nah, berawal dari cerita itu saat ini Goa Petapan dan Goa Potre dijadikan tempat tirakat oleh masyarakat. Di dua tempat yang dianggap keramat tersebut banyak yang mendapatkan benda-benda yang diyakini memiliki kekuatan mistik.
Banyak orang yang tirakat di lokasi tersebut mengaku mendapat benda gaib. Seperti kisah Sukri, warga asal Kamal, yang mengaku mendapat besi kuning dan keris penangkal hujan saat bertirakat.
Selain itu, goa lain di Bukit Geger juga memiliki keunikan. Seperti Goa Pancong Pote. Goa yang berada di bibir tebing ini di saat hujan ada air yang mengalir di lantai goa yang sangat bening. Malah warnanya seperti pelangi. “Masyarakat biasa menyebutnya air tujuh warna,” ujar Sekretaris Klub Pecinta Alam Kipoleng, Drs Mas Imam Lutfi.
Sedangkan di Goa Planangan, jelas Imam, terdapat stalaktit yang menjuntai ke bawah (maaf) mirip kemaluan pria. Uniknya, air yang menetes dari stalaktit diyakini bisa menambah keperkasaan pria. Sedangkan Goa Olar disebut begitu karena di depan mulut goa ada sebongkah batu yang mirip kepala ular. Goa tersebut berada di puncak bukit.

Sumber ;http://robertstyn.wordpress.com/

Cantiknya Sunset Di Air Terjun Toroan


Bagi Anda yang kebetulan mau jalan-jalan ke Kabupaten Sampang, wah, pas bener. Saya sedang menulis tentang obyek wisata Air Terjun Toroan di Sampang. Salah satu tempat yang bisa Anda kunjungi saat di Madura.

Air Terjun Toroan terletak di Desa Ketapang Daya, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang. Masyarakat sekitar lokasi, pada umumnya bermata pencaharian sebagai seorang nelayan, karena Desa Ketapang Daya bersebelahan langsung dengan laut di bagian utara pulau Madura. Sebagian kecilnya saja yang bermata pencaharian sebagai pedagang dan beberapa orang perantau.

Untuk mencapai Desa Ketapang Daya dan menuju Air Terjun Toroan, Anda bisa turun di perempatan barisan atau di SMAN 1 Sampang. Setelah itu, bisa meneruskan dengan menaiki angkutan lota selama kurang lebih satu jam dengan biaya sekitar sepuluh ribu rupiah menuju jurusan Ketapang. Pemandangan yang bisa Anda nikmati selama perjalanan seharusnya cukup menarik, ada sawah-sawah di perbukitan dan rumah-rumah bergaya Madura. Ada juga pasar-pasar tradisional di sepanjang kanan dan kiri jalan.

Air Terjun Toroan agak berbeda dengan air terjun yang banyak terdapat di pegunungan, karena tingginya yang hanya sekitar 200 meter, tidak sampai puluhan atau bahkan ratusan meter, dan keunikan yang lain adalah aliran airnya yang langsung menuju ke laut. Air terjun ini dikelilingi dengan banyaknya pepohonan rindang di sekitar air terjun. Sangat sejuk dan asri. Lelah selama menempuh perjalanan jauh pasti terbayar jika Anda sudah sampai di lokasi. Anda bisa menikmati keindahan air terjun dari atas, maupun dari bawah, karena tingginya yang hanya 200 meter.

Keadaan alam di sekitar Air Terjun Toroan masih sangat alami. Belum tersentuh oleh penambang pasir laut dan belum dikotori oleh coretan-coretan tangan yang membuat kotor objek wisata seperti di beberapa objek wisata lain. Batu-batu yang besar dan masih utuh, mampu menahan gelombang ombak dan pasirnya masih bersih di sepanjang bibir pantai. Anda bisa juga menyaksikan matahari terbenam di lokasi Air Terjun Toroan yang mempesona.
Satu yang masih agak disayangkan dari objek wisata Air Terjun Toroan adalah masih belum lengkapnya fasilitas yang mendukung seperti adanya hotel dan penginapan, rumah makan dan fasilitas bermain lainnya.

Sumber : http://www.jalanjalanyuk.com/

Indahnya Waduk Klmapis Sampang


Dahulu pertama kali aku menginjakkan kaki di waduk ini begitu takjub mataku hampir tak lepas memandang bukit dan danaunya, suasana alamnya yang masih natural dan ramai suara kera - kera liar yang bergelantungan di pepohonan. tak kukira kota kecilku yang panas dan tandus memiliki pesona alam yang tak kalah menariknya dengan kota - kota lain di Indonesia,
Satu lagi wisata kota yang kami tawarkan adalah waduk KLAMPIS tempatnya di dusun Kramat Desa Komis Kecamatan Kedungdung tentulah Kabupaten Sampang jika kalian dari arah Surabaya bisa berhenti di pertigaaan SMA 1 Sampang kemudian ikut angkot jurusan ke Desa Komis dan turun di pertigaan dusun Kramat dari situ Bapak - Bapak ojek siap mengantarkan ke tempat tujuan dan jangan lupa siapkan perbekalan anda untuk satu hari yang menyenangkan.

Waduk ini umurnya kurang lebih setengah abad, sama dengan waduk - waduk pada umumnya yang difungsikan sebagai pengairan lahan serta sebagai tempat untuk mandi dan mencuci bagi sebagian penduduk lokal, yang menambah menarik dari tempat ini adalah posisinya yang berada di antara bukit jadi sepanjang mata memandang anda akan melihat tebing dan pepohonan rimbun di kanan kiri dan jika anda turun langsung ke bawah bisa menikmati aliran airnya yang deras bisa juga sekalian mandi, tak cukup hanya disini saja waduk ini juga di fungsikan sebagai tempat memancing dan berkeliling danau menggunakan sampan atau naik menyusuri bukit melihat pemandangan alamnya dari atas, bagi sebagian pengunjung tempat ini sangat cocok sekali untuk tempat berlibur bersama keluarga atau sekedar melepaskan lelah di kepala karena tempatnya yang jauh dari kota dan beragam suguhan - suguhan alam yang tenang memukau

diakses dari: http://www.rss-one.com/

Pantai Lombang : Membawa Kemakmuran Warga


Berdasarkan legenda masyarakat Sumenep. Pantai Lombang adalah kawasan gersang dan tandus, yang hanya memiliki hamparan pasir putih di sepanjang pantaimya.

Pada abad ke-18, sejumlah warga Cina yang eksodus akibat perang besar, dengan sejumlah perahunya, singgah di Pantai Lombang, untuk mencari air tawar di daratan. Ternyata warga Lombang menyambutnya dengan senang hati,sehingga pengungsi itu merasa aman.

Konon, warga Cina yang mendarat di Lombang adalah satu generasi dengan Law Kha Tie, buyut arsitek Masjid Jamik Keraton Sumenep, yang bernama Law Phia Ngo. Mereka, karena mendapatkan perlakuan baik warga Lombang, lalu memilih menetap di Dungkek, lima kilometer dari Pantai Lombang.

Perahu warga Cina, yang tiang-tiangnya ter-buat dari kayu darurat, ternyata banyak menggunakan batang cemara udang. Selama digeletakkan di pasir pantai, ternyata batang-batang itu bersemi mengeluarkan daun. Sejak itulah tanaman baru muncul di pantai itu dan menjadi kawasan hutan cemara yang berjejer di sepanjang bibir pantai, hingga mencapai 20 kilometer.

"Memang ajaib kehadiran cemara udang di Lombang, sebab di pantai mana pun di Madura, tidak ada yang punya ciri khas seperti Lombang," ujar Syaf Anton Wr, budayawan Sumenep.
Dari berbagai literatur, lanjut pegawai Kementerian Agama Sumenep itu, belum ditemukan jawaban yang pas. tentang asal-usul cemara udang di Lombang ini. Bahkan, di Indonesia, adanya hanya di Pantai Lombang.

Menurut Ahmad Fudholi, salah seorang pengepul cemara udang, warga Desa Lombang, hingga kini permintaan cemara udang dalam bentuk batang besar datang dari pedagang bonsai di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Cemara udang dengan batang besar memiliki tingkat keindahan yang mengalahkan tanaman hias apa pun, misalnya serut, palem, pinang, dan siwalan.

Batang-batang cemara udang terlihat tua dan memiliki serat kasar, mirip pohon hutan. Daunnya mudah ditata sesuai dengan keinginan pemiliknya dan usianya bisa mencapai 50 tahun.

Tiap minggu, Fudholi bisa mengirim cemara udang hingga sepuluh truk, dengan harga yang variatif. "Terendah saya jual Rp 5 juta, tapi ada yang sampai Rp 20 juta per pohonnya," ujar Fudholi. 

Sumber: http://bataviase.co.id

Cemara dan Pantai Lombang


Penyair Zawawi Imron sering ke pantai ini untuk mendapatkan inspirasi puisi.
Orang berduyun-duyun datang menyaksikan keindahan pantai ini. Pantai Lombang, namanya, mulai dikenal publik di era 1980-an. Pantai ini memiliki pasir putih, hutan cemara udang, dan keindahan gunung pasirnya.
Terletak di Kecamatan Batang-batang, Sumenep, Madura, tempat ini sering didatangi wisatawan yang tak hanya dari dalam negeri. Turis asal Jerman, Amerika Serikat (AS), Belanda, Korea, Jepang, Cina, dan negara lainnya, punpernah bermalam di Pantai Lombang. Mereka bersedia tidur di bangunan terbuat dari bambu dan beratapkan rumbia. Dengan senang hati mereka menikmati keindahan pantai di malam hari dengan alat penerang obor dan lampu teplok.

Pada dekade 1970-an, Pantai Lombang merupakan tempat penyair HD Zawawi Imron menyepi untuk mendapatkan inspirasi syair-syairnya. Pria yang hanya lulusan sekolah rakyat (SR) atau setingkat sekolah dasar (SD) itu mengaku puisinya yang bagus-bagus lahir ketika menangkap kesunyian alam Pantai Lombang.
Kecintaannya terhadap Lombang, membuat Zawawi membawa rekan-rekannya, seperti Emha Ainun Najib, Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq Ismail, menikmati Pantai Lombang. "Cinta saya terhadap Lombang bergelayut di daun-daun cemara udang. Saya serasa mendapat ruh baru dari pantai itu," ujar Zawawi.
Ia mengaku bangga sebagai warga Sumenep yang wilayahnya memiliki nilai lebih dibandingkan kota lainnya di Jawa Timur. Ia lalu mencontohkan tentang kelebihan itu, misalnya situs sejarah Masjid Jamik Keraton Sumenep, kompleks pemakaman keluarga Keraton Asta Tinggi, Keraton Sumenep, serta kawasan wisata Pantai Lombang dan Slopeng.

Pantai Lombang dikenal dari mulut ke mulut, ketika banyak wisatawan dari luar dan lokalberkunjung untuk menikmati keindahannya. "Saat itu Lombang masih perawan, pemerintah setempat belum menyentuhnya," ungkap Zawawi.

Dengan kondisi seperti itu, wisatawan yang akan mengunjungi pantai tersebut harus berjalan kaki untuk mencapai pantai, karena pohon cemara masih malang melintang sepanjang kurang lebih satu kilometer di gugusan gunung pasirnya. Selain menikmati pantai, para wisatawan juga tertarik pada keaslian pohon cemara udang (Casuarinab equesetifolia).

Banyak yang memesan pohon cemara ini untuk dibawa pulang. Akhirnya cemara udang menjadi komoditas bisnis yang tak terelakkan. Ribuan pohon cemara udang disetek dan dibawa ke beberapa kota besar dalam jumlah ratusan truk.

Akibatnya, ribuan pohon cemara udang besar, yang masih asli, ikut juga terangkut ke luar Madura. "Pengangkutan cemara udang dalam skala besar sudah berlangsung lama, sehingga yang tersisa kini hanyalah pohon generasi ketiga," papar Husein, pakar bonsai dari Malang.

Husein mengatakan, mengenal Lombang sejak awal 1980-an. Saat itu kawasan Pantai Lombang sangat magis dan eksentrik, karena perpaduan antara hutan cemara, pantai pasir putih, dan air lautnya yang bersih.
"Saya sudah melihat banyak pantai di Indonesia, tapi saya merasa takjub dengan Pantai Lombang " ungkap Husein.

Ia membandingkan dengan Pantai Kuta, Bali, yang kesohor ke mancanegera. Namun, jika dibandingkan dengan Pantai Lombang, Husein masih memuji Lombang. Sebab keistimewaan Lombang, memiliki garis bentang pantai yang panjang dan mencapai sekitar 20 kilometer, sehingga membuat wisatawan bisa memilih tempat bersantai dengan leluasa.

Ombaknya yang relatif kecil dan lautnya yang tidak terlalu dalam sampai radius satu kilometer, membuat wisatawan berani menceburkan diri. Pantai ini juga sangat bersih dari sampah laut dan kehadiran warga setempat, karena jauh dari perkampungan asli warga Lombang.

Pria yang juga kolektor bonsai cemara udang itu menambahkan, jika tidak ada yang peduli, maka Pantai Lombang akan rusak dan ditinggalkan wisatawan. Sebab, sejumlah pantai di luar Madura, kini telah gencar menanam cemara udang. Misalnya Pantai Parangtritis di Yogyakarta dan Pantai Pangandaran di Jawa Barat, sudah berhasil menghijaukan pantainya dengan cemara udang asal Pantai Lombang. Pohon cemara udang selama ini menjadi ciri khas Pantai Lombang. kl, ed priyanto

Pantai Siring Kemuning



Pantai Siring Kemuning merupakan salah satu objek wisata pantai yang ada diBangkalan. LEtaknya Kurang lebih 45 Km Arah utara Kota Bangkalan, tepatnya di desa Mecajah Kecamatan Tanjung Bumi.
Letaknya sangat strategis dan mudah dijangkau karena tepat dipinggir jalan raya, membuat pantai ini mudah untuk di kunjungi, baik dengan mobil atau motor.
Keelokan dan keasrian pantai ini sudah teruji. Pasir pantai yang cantik, membuat pantai ini lebih unik lagi. Apalagi sudah ada tempat bermain untuk anak-anak yang ingin menghabiskan masa liburan bersama keluarga.
Namun, karena kurangnya perhatian dari pemerintah setempat, Pantai tersebut seakan masih dibiarkan apa adanya. Masih belum ada investor yang serius menanganinya. Hanya masyarakat setempat yang mungkin sedikit memberikan sentuhan-sentuhan terhadap pantai tersebut. Sehingga bagi wisatawan yang cinta akan Originalitas dan kealamian, Pantai Siring Kemuning ini mungkin cocok sebagai salah satu tujuan wisata pantai.

http://robertstyn.wordpress.com/

Api Abadi, Api Tak Kunjung Padam


Jika Anda berkunjung ke Pamekasan, Madura, Jawa Timur, belum lengkap rasanya jika belum mampir ke objek wisata api yang tak kunjung padam di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan. Api yang muncul di permukaan tanah ini tidak pernah padam meski diguyur hujan lebat.
Anehnya, api hanya menyala di tanah sekitar lingkaran pagar, sehingga warga tidak khawatir api akan menjalar ke rumah mereka. Jika tanah di sekitar titik api digali, nyala api akan menjadi besar. Tapi, warga tidak bisa dengan sengaja membuat titik api baru meski di dalam lingkaran pagar.

Tidak ada yang tahu asal muasal keajaiban alam ini. Tapi, ada legenda yang dipercaya warga tentang asal api abadi ini. Yaitu legenda Kiai Moko, seorang sakti dan ternama di Madura. Sebuah penelitian tentang kandungan gas alam atau minyak di lahan sekitar lokasi pernah dilakukan, tapi tidak menemukan apa pun.

Nyala api yang muncul di permukaan tanah sama seperti nyala kompor gas, biru dan bertekanan udara. Tidak sedikit pengunjung yang memanfaatkan api untuk membakar ayam atau jagung yang sengaja disediakan pedagang di sekitar lokasi.

Api Abadi
Api Abadi merupakan suatu objek wisata di Pamekasan. Dari kota Pamekasan, Anda harus menempuh 15 menit perjalanan untuk sampai di desa Larangan, Tokol. Dari akses jalan raya, Anda harus melanjutkan perjalanan kurang lebih 800 meter untuk sampai di lokasi.

Di lokasi Api Abadi, Anda bisa menemukan lebih dari 50 titik api yang keluar dari dalam tanah. Sesuai namanya, Api Abadi berarti api yang tidak akan pernah padam. Hujan deras biasa tak akan mampu memadamkan api. Api hanya padam saat terjadi hujan badai disertai angin kencang. Itupun saat hujan perlahan reda, api akan kembali menyala.

Titik-titik api tersebut dikelilingi oleh pagar besi. Di sekitar lokasi, tampak penduduk lokal menjajakan jagung yang bisa Anda bakar sendiri di atas api. 10 menit dibakar di atas api, jagung bakar Anda pun siap disantap.

Panas api yang dihasilkan dari celah-celah tanah merata. Nyala birunya seperti api dari kompor gas. Penduduk sekitar pun ada yang memanfaatkan api untuk memasak. Anehnya, api tidak menyebar sampai keluar pagar. Api abadi hanya berada di dalam lingkaran pagar.


Asta Gumo'

Di desa Kalimo'ok tepatnya di Sebelah timur lapangan terbang Trunojoyo Sumenep terdapat makam atau kuburan/Asta K.Ali Barangbang. Mengapa dikatakan Barangbang, karena terletak di dusun Barangbang. K. Ali Barangbang mempuyai silsilah dari Syekh Maulana Sayyid Jakfar, As Sadik atau dikenal dengan Sunan Kudus yang mempunyai keturunan Pang. Katandur yang mempunyai empat anak yaitu : K. Hatib Paddusan, K. Hatib Sendang, K. Hatib Rajul, K. Hatib Paranggan. Dari Putra pertamanya diberi keturunan K. Ali Barangbang yang wafat 1092 H.

Semasa hidup K. Ali adalah merupakan seorang ulama besar dan penyiar agama islam yang sangat disegani. Bahkan raja Sumenep juga berguru ke K. Ali. Konon menurut sejarah beliau. K.Ali mempunyai kelebihan diluar nalar, binatang (kera) di ajari berbicara bahkan sampai bisa mengaji. Pada waktu Sumenep pemerintahannya masih berbentuk kerajaan. Seorang raja mempunyai anak, dititipkan k. Ali untuk belajar mengaji. Ringkas cerita, pada saat belajar mengaji Putra Raja tersebut dipukul oleh K. Ali. Setelah itu Putra Raja pulang dan mengadukan sikap K. Ali pada sang Raja. Jelas raja sangat marah namun Raja tidak langsung menghukum K. Ali namun memerintahkan sang prajurit untuk memanggil k. Ali dan menanyakan alasan kenapa putranya sampai dipukul. Tanpa rasa takut K. Ali menjawab bahwa sebenarnya dia tidak berniat memukul putra raja melainkan kebodohan yang menemani putra raja. Mendengar jawaban tersebut raja tersinggung putranya di anggap bodoh, dengan marah kemudian raja mengatakan hal yang sangat mustahil, raja mengatakan bahwa jika memang K Ali bisa membuat orang pintar dengan memukul maka k. Ali bole pulang membawa kera dengan syarat harus bisa mengajari sang kera mengaji.

Ringkasnya sang kera dibawa oleh K. Ali ke rumahnya, dan setiap malam K. Ali mengajak sang kera untuk memancing bersamanya, hingga pada suatu malam tepatnya malam ke 39, K. Ali memberikan tali tambang yang terbuat dari sabut kelapa kepada sang kera dengan cara mengikatkan pada jarinya lalu dibakar. Sambil berkata K. Ali kepada kera : "Hai kera jika sampai pada jarimu api itu dan terasa panas di tanganmu maka teriklah dan katakan panas..." saat itulah kera bisa berbicara dan akhirnya sang kera bisa mengaji.

Tiba saatnya sang kera untuk pulang ke keraton dan menunjukkan kemampuannya untuk mengaji. Di keraton K. Ali mengadakan pertemuan besar dengan raja dan disaksikan oleh para punggawa kerajaan sekaligus mengadakan pesta. Setelah semua berkumpul, kemudian sang kera di beri Alquran, dan betapa terkejutnya sang raja beserta para punggawa yang hadir ketika melihat dan mendengar kera mengaji dengan indah. Setelah selesai mengaji k> Ali melemparkan pisang kepada kera dan berkata "Ilmu Kalah Sama Watak" yang dalam bahasa maduranya "Elmo Kala ka Bebethe'". Dan raja pun ikut berbicara bahwa barangsiapa yang menuntut ilmu tidak menginjak tanah brangbang maka ilmunya tidak syah.

Begitulah kisah cerita K. Ali yang rasanya sangat sulit di terima dengan akal sehat dan itulah kelebihan K Ai sampai sekarang Asta K. Ali Brangbang tidak pernah sepi dari peziarah.

 http://disbudparpora.sumenep.go.id/

Asta Batu Ampar


Asta Batu Ampar ini adalah kuburan K. Abdullah atau juga disebut Bindara Bungso. Terletak di desa Batu Ampar Kecamatan Guluk-guluk ±37 Km ke arah barat kota Sumenep. Kompleks ini sudah nampak jelas merupakan makam islam dari kuburan yang beda dengan kuburan yang ada di selatan kompleks. Memang benar, K. Abdullah merupkan tokoh sentral penyiar agama islam di lingkungan Guluk-guluk khusnya di wilayah Batu Ampar.

Menurut sejarah yang ada K. Abdullah adalah anak dari K. Abdul Kidam dengan Nyai Asri. Nyai Asri sendiri adalah saudara K. Abd. Rachman yang sama-sama anak dari K. Abdullah Sindir yang mempunyai istri bernama Nyai Susur, Putri siding puri. K. Abdullah Sindir adalah anak dari K. Abd. Rachem (K. Sindir II). Sedangkan K. Rachem merupakan anak dari K. Kumbakara (K. Sindir I)yang masih keturunan dari Pangeras mandoroko.

Keturunan dari K. Abdullah Batu Ampar inilah yang banyak menjadi Adipati atau Bupati Sumenep. Mulai dari Raden Tumenggung Tirtonegoro (Bindara Saod) sampai pada aden Mohammad Tahir (Tumenggung Prabuwinoto).

Diceritakan bahwa setelah menginjak dewasa K. Abdullah di asuh oleh pamannya yang bernama K. Abd. Rachman, serta dimasukkan ke pesantren yang masih kakeknya sendiri yaitu K. Khotib Sendang. Pada suatu hari, K Rachman mendapat nasehat dari gurunya untuk mengajarkan agama islam di Alas Raba Pamekasan yang masih belum ada penduduknya. Maka berangkatlah K. Abd. Rachman bersama dengan keponakannya sendiri yaitu K Abdullah ke tempat dimana tidak ada penduduk hanya ada gigitan ular. Kurang lebih lima tahun mereka berdua hidup di dalam Alas Raba yang akhirnya K. Abdul Rachman di Juluki K. Raba.

Semenjak K Rachman (K. Raba) dan Bindara Bungso (K. Abdullah) berada di tempat itu, negeri Pamekasan tidak pernah turun hujan, sehingga Pamekasan mengalami paceklik. Dan pada suatu malam ketika raja sedang tidur nyenyak, beliau bermimpi didatangi oleh seorang yang sudah tua, sang tua berkata: "penyebab tidak turunnya hujan di negeri ini karena ada dua orang laki-laki yang sedang bertapa di bawah pohon besar di dalam Alas Raba. Jika kamu ingin hujan, berilah tempat lain untuk keduanya bertapa sehingga keduanya tidak terkena hujan.

Ketika pagi hari, raja memanggil patih dan memerintahkan untuk segera pergi ke Alas Raba dan menemui para pertapa. Maka berangkatlah sang patih bersama para prajurit untuk melaksanakan titah raja. Sesampainya di Alas Raba, patih mencari kedua pertapa yang dimaksud, dan setelah lama mencari akhirnya ketemu juga dengan sang pertapa. Para pertapa itu ditemukan persis di tempat yang ada pada gambaran mimpi raja, pertama pertama tampak lebih Tua sedangkan pertapa kerdua masih belia. Tanpa berlama-lama sang patih mengajak keduanya untuk menghadap Raja.

Ketika raja menyaksikan sendiri bahwa mimpinya benar-benar menjadi nyata, kemudian Raja memerintahkan kembali kepada para patih untuk membangun rumah dan langgar untuk dikelola keduanya. Dan sejak itulah K. Abdullah mempunyai rumah dan langgar. Mimpi Raja tampak menjadi nyata kembali, karena tatkala rumah dan langgar sudah selesai di bangun hujan deras turun dari langit sehingga tanah yang tadinya kering klontang menjadi basah dan tanaman tumbuh dengan subur kembali. Akhirnya seiring dengan waktu, banyak orang-orang yang datang ke Pamekasan serta tidak sedikit juga orang-orang yang datang pada K. Abdullah untuk belajar mengaji.

Konon ketika K. Raba menjadi tua, segala urusan Pesantren di wakilkan kepada Bindara Bungso untuk mengajar para santrinya. Sedang cara mengajar Bindara Bungso tidak berbeda dengan K. Raba. Setelah bindara bungso dianggap sudah mengusai ilmu agamanya oleh K. Raba, pada suatu hari K. Raba menyuruh Bidara Bungso untuk menjadi dukun di Batu Ampar sambil mengajarkan agama islam.

Akhirnya Bindara Bungso berangkat ke Batu Ampar ditemani oleh 4 orang santrinya. Sesampai di Batu Ampar, beliau langsung menjalankan perintah gurunya yaitu menyiarkan agama islam dan menjadi dukun. Dari inilah kemudian Bindara Bungso dikenal oleh sebagian besar masyarakat Batu Ampar khususnya dan masyarakat luar umumnya.

Deskripsi Pengolahan / Pengembangannya
KSalah satu obyek wisata Ziarah di Kabupaten Sumenep yang banyak dikenal oleh kalangan luas, salah satunya adalah obyek wisata ziarah Batu Ampar. Namun dalam perkembangannya, obyek wisata ini dari tahun-ke tahun tidak banyak mengalami perobahan/ perkembangan. Sarana dan prasarana yang ada nampak tidak banyak mengalami perkembangan.
Sebagai wujud kepedulian pemerintah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumenep, akhir-akhir ini perhatiannya sudah mulai dirasakan. Salah satunya adalah pembangunan kubah makam.

Sebagai obyek wisata Ziarah, Batu Ampar seharusya lebih bisa dikembangkan lagi, mengingat obyek ini adalah merupakan salah satu ikon kuat Kabupaten Sumenep.
Untuk lebih bisa menarik perhatian pengunjung, pembangunan yang perlu diprioritaskan adalah pembangunan obyek itu sendiri, mulai dari tampak dari depan, pintu masuk sampai pada akhirnya ke arah kuburan itu sendiri, karena obyek ini mempunyai dua bagian yang terpisah, yang satu adalah mesjid (sebagai pintu masuk) dan yang kedua adalah komplek makam. Jadi jelas bahwa mesjid sebagai pintu masuk harus mendapat prioritas utama untuk bisa dikembangkan yang dalam hal ini adalah pagar beserta gapura pintu masuk ke arah mesjid.
Selain pengembangan pagar mesjid, yang tidak kalah pentingnya ada sarana promosi seperti tanda petunjuk arah. Adapun peletakan denah atau petunjuk arah dapat diletakkan di pintu masuk Kabupaten Sumenep atau di terminal-terminal yang penting dapat dibaca atau dilihat oleh orang banyak karena hal itu berfungsi sebagai iklan.

http://disbudparpora.sumenep.go.id/

Sekitar Lahirnya : Hari Jadi Sumenep


Hari jadi Kabupaten Sumenep mengacu pada Pelantikan Arya Wiraraja sebagai Adipati Sumenep yang pertama. Artinya sebelum Arya Wiraraja dilantik menjadi Adipati Sumenep, belum ada penguasa lokal yang bergelar sebagai Adipati.
Saat itu Kadipaten Sumenep berada dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari, dengan penguasanya Raja Kertanegara. Dengan demikian Arya Wiraraja dilantik oleh Raja Kertanegara, sehingga sumber prasasti yang berhubungan dengan Raja Kertanegara dijadikan rujukan bagi penetapan Hari Jadi Kabupaten Sumenep. Sumber prasasti yang dapat dijadikan sebagai rujukan adalah prasasti berikut ini :
1.      Prasasti Mua Manurung dari Raja Wisnuwardhana berangkat tahun 1255 M.
2.      Prasasti Kranggan (Sengguruh) dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1356 M.
3.      Prasasti Pakis Wetan dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1267 M.
4.      Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara berangkat tahun 1269 M.
Sedangkan sumber naskah (manuskrip) yang digunakan untuk menelusuri lebih lanjut tokoh Arya Wiraraja, adalah manuskrip berikut :
1.      Naskah Nagakertagama karya Rakawi Prapanca pada tahun 1365 M.
2.      Naskah Peraraton di tulis ulang tahun 1631 M.
3.      Kidung Harsa Wijaya.
4.      Kidung Ranggalawe.
5.      Kidung Pamancangan.
6.      Kidung Panji Wijayakramah.
7.      Kidung Sorandaka. 
Dari sumber sejarah tersebut, maka sumber sejarah Prasasti Sarwadharma yang lengkapnya berangkat tahun 31 Oktober 1269 M, merupakan sejarah yang sangat signifikan dan jelas menyebutkan bahwa saat itu Raja Kertanegara telah menjadi Raja Singosari yang berdaulat penuh dan berhak mengangkat seorang Adipati.
Prasasti Sarwadharma dari Raja Kertanegara di Desa Penampihan lereng barat Gunung Wilis Kediri. Prasasti ini tidak lagi menyebut perkataan makamanggalya atau dibawah pengawasan. Artinya saat itu Raja Kertanegara telah berkuasa penuh, dan tidak lagi dibawah pengawasan ayahandanya Raja Wisnuwardhana telah meninggal tahun 1268 M.
Prasasti Sarwadharma berisi penetapan daerah menjadi daerah suatantra (berhak mengurus dirinya sendiri) dan lepas dari pengawasan wilayah thani bala (nama wilayah/daerah saat itu di Singosari). Sehingga daerah swatantra tersebut, yaitu daerah Sang Hyang Sarwadharma tidak lagi diwajibkan membayar bermacam-macam pajak, pungutan dan iuran.
Atas dasar fakta sejarah ini maka pelantikan Arya Wiraraja ditetapkan tanggal 31 Oktober 1269 M, dan peristiwa itu dijadikan rujukan yang sangat kuat untuk menetapkan Hari Jadi Kabupaten Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269 M, yang diperingati pada setiap tahun dengan berbagai macam peristiwa seni budaya, seperti prosesi Arya Wiraraja dan rekan seni Budaya Hari Jadi Kabupaten Sumenep.
Arti Kata Songennep
Dari hasil pemaparan diatas dijelaskan bahwa kata Songennep adalah nama asal dari bahasa kuno. Oleh karena itu dalam mencari kata nama wilayah yang erat kaitannya dengan upaya penentuan Hari Jadinya saya menggunakan sebutan / kata Songennep. Songennep, menurut arti katanya (Etimologi), yaitu :
1.      Song berarti relung, geronggang (bahasa Kawi). Ennep berarti mengendap (dengan kata lain tenang). Jadi Songennep berarti lembah bekas endapan yang tenang.
2.      Song berarti sejuk, rindang, payung. Ennep berarti mengendap (kata lain tenang). Jadi Songennep berarti lembah endapan yang sejuk dan rindang.
3.      Songa berarti relung atau cekungan. Ennep berarti tenang. Jadi Songennep berarti lembah, cekungan yang tenang atau sama dengan pelabuhan yang tenang. Setelah kita menelaah sebutan Songennep dari arti katanya (Etimologi). 
Berikut ini akan saya paparkan pendapat-pendapat yang berkembang dikalangan masyarakat sejak dahulu mengenai arti kata Songgennep.
o    Songennep berasal dari kata-kata Moso dalam bahasa Madura berarti lawan/musuh. Ngenep berarti bermalam. Jadi songennep berarti lawan/musuh yang bermalam. Ceritera mengenai asal-usul nama "Songennep" berdasarkan versi ini amat populer dikalangan rakyat di Sumenep. Ceritera / pendapat ini dihubungkan dengan suatu peristiwa bersejarah di Sumenep pada tahun 1750, yaitu saat diserangnya dan didudukinya Keraton Sumenep oleh K. Lesap (seorang keturunan Pangeran Cakraningrat V dari salah seorang selirnya). 
Pangeran Cakraningrat V, adalah Raja Bangkalan. K. Lesap berhasil menaklukkan sumenep dan dia sempat selama setengah bulan tingga di Keraton sumenep. Hal ini dikisahkan dalam buku Babad Songennep. 
Karena kejadian itu (musuh bermalam di Keraton Sumenep). Kota dikatakan Moso Ngenep, yang artinya musuh bermalam.
Cerita ini tentunya tidak benar, sebab kitab pararaton yang ditulis tahun 1475-1485 sudah menuliskan nama Songennep. Ini berarti nama Songennep sudah lahir jauh sebelum K. Lesap menyerang Sumenep.
o    Songennep berasal dari kata-kata Ingsun nginep. Ingsun berarti saya, sedangkan nginep berarti bermalam. Pendapat ini kurang populer dikalangan rakyat dibandingkan dengan versi lainnya. 
Sekitar Tokoh Arya Wiraraja
Telah diterangkan diatas, bahwa nama mengandung tanda-tanda (alamat) tertentu (nomen sit omen) dan mempunyai arti khusus. Orang tua memberikan nama anaknya dengan maksud tertentu agar anak tersebut berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan nama yang disandang. Demikian pula nama tokoh dalam sejarah lama, seperti Air langga, Mapanji, Daja Bhaja, Kemeswara, Gajah Mada, Hayam Wuruk dan lain-lain. Didalam kitab Pararaton dikatakan bahwa Arya Wiraraja semula bernama Banyak wedi. Halaman 18 Pararaton (edisi Belanda) menyebutkan sebagai berikut :
"Hana ta Wongira, babatangira buyuting nangka, aran Banak Wide, arupa tan kandel denira, dinohaken, kinon adhipatiaring sungennep, angar ing madura wetan".
Selain itu dalam Kitab Kidung Ranggalawe dikatakan sebagai berikut :
Nyanyian I (Durma).
1.      Woten Wongiro binatang buyut Nangka, Banak Wideanami, sinung abhiseka, arya Wiraraja sira, arupa Sinangsayeni, dinohan preneh, kinon angadhipati.
2.      Munggu ing Sumenep parnah Madura Wetan, lawasipun anganti, patang puluh tiga, duk andon balanabrang, sira Wiraraja dadi arasa-rasa, dene dinohan apti.
Mengenai nama Wiraraja saya kira sudah cukup jelas. Nama itu berarti: Raja yang gagah perwira (Wira: Perwira, Kesatria, raja: raja, pemimpin). Gelar Arya menunjukkan bahwa Wiraraja adalah seorang pejabat tinggi, lebih-lebih apabila dikaitkan dengan jabatannya sebagai adhipati (adhi: pertama, baik, pati: raja, pemimpin). Gelar Arya dalam masyarakat Jawa Baru berubah menjadi Haryo (Pangeran Haryo).
1. Asal-Usul Arya Wiraraja
Mengetahui asal Arya Wiraraja beberapa sumber berbeda mendapat :
a.       PARATON.
Dalam Bab V halaman 27 :
"Hanata Wongira, babatangira buyuting nangka aran Bayak Wide, sinungan pasenggahan Arya Wiraraja".
Artinya : "Adalah seorang hambanya, keturunan orang tertua di Nangka, bernama Banyak Wide, diberi sebutan Arya Wirara".
Selain itu, sumber ini menerangkan bahwa Nambi adalah putera Arya Wiraraja sedangkan Ranggalawe disebutkan sebagai keturunan bangsawan Singosari yang terkenal.

b.      Kidung Panji Wijayakrama/Kidung Ranggalawe.
Pupuh Inomor 1220 :
"Woten Wongira binatang buyut nangka, Banyak Wide anami, sinung Abiseka, Arya Wiraraja..........." 


Ada seorang hambanya, keturunan orang tertua di Nangka, Banyak Wide namanya, dia diberi gelar Arya Wiraraja"
Dalam kidung ini dikatakan bahwa Ranggalawe adalah anak dari Arya Wiraraja yang berasal dari desa tanjung Madura Barat.

c.       Kidung Sorandaka.
Kidung ini menjelaskan bahwa Nambi adalah anak dari Pranaraja. Menarik sekali untuk diketengahkan suatu Hypotesa Prof. Dr. Slamet Mulyono dalam bukunya "Negara Kertanegara dan tafsir sejarahnya" (halaman 127).
Kita ingin meneliti siapa sebenarnya yang dimaksud dengan Pranaraja dan Mahapati yang disebut dalam Kidung Sorandaka dan Pararaton. Pranaraja telah disebut pada piagam Kudadu (1294), namun tanpa nama.
Pada piagam Penanggungan (1296) namanya dijelaskan pada lempengan IV a baris 1 yakni Sang Pranaraja : Mpu Sina.
Jelaslah sekarang bahwa Ranggalawe alias Arya Adikara adalah putera Wiraraja, sedangkan Mpu Nambi (Tami) adalah putera Mpu Sina.
Drs.Abdur Rachman dalam bukunya "Peranan Madura menuju puncak kebesaran kerajaan Majapahit", bahwa Arya Wiraraja berasal dari Madura (halaman 54).
Atas dasar keterangan-keterangan diatas yang didapat dari sumber diatas makin kuatlah dugaan Arya Wiraraja, berasal dari Madura. Adapun desa Nangka yang disebutkan beberapa sumber, diperkirakan nama desa Nangka yang berada di Kabupaten Bangkalan atau desa Karangnangka yang berada di Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep.
2. Jabatan Arya Wiraraja Sebelum Menjadi Adipati Di Sumenep
Kedudukan/jabatan Arya Wiraraja, beberapa sumber berbeda pendapat: 

Mangkudimedja dalam buku serat peraraton. Ken Arok 2 menyebutkan kemungkinan Arya Wiraraja adalah seorang babatangan (Penasehat Spiritual), Babatangan itu mungkin dijaman sekarang bisa diartikan tukang membatang atau meramal, yakni ahli nujum. Orang yang kerjaanya menerangkan atau membukukan segala sesuatu yang sifatnya penuh misteri atau rahasia. Namun semua ini barulah merupakan perkiraan dan dugaan belaka, sebab Dokter Brandes sendiri juga belum yakin arti sebenarnya. Dugaan Dokter Brandes, mungkin yang dimaksud adalah karereyan yang artinya babatangan. Sedemikian tadi akhirnya terserah saja kepada yang ingin menyelidiki. Karena kenyataannya banyak kata-kata kuno yang tidak kita temui lagi dijaman sekarang. Bahkan adakalanya sudah berganti arti serta maksud.(hal.71).
3. Alasan-Alasan Pemindahan Arya Wiraraja Ke Sumenep
Pemindahan Arya Wiraraja ke Sumenep tentunya tidak terlepas dari situasi politik/kekuasaan Singosari serta pandangan politik dari Raja Kertanegara.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh, saya akan memaparkan secara singkat situasi kerajaan Singosari pada masa itu. Pararaton menggambarkan pemerintah itu dalam Bab V. "Kemudian Ranggawuni (Wisnuwardhana) jadi raja seperti 2 ekor pulau dalam satu liang dengan Mahesacempaka".
Dengan dikemukakannya prasasti Mulamalurung (1255) gambaran kerajaan Singosari makin nyata, dalam uraian prasasti tersebut ternyata apa yang diceritakan Pararaton tidak seluruhnya benar, tidak ada penggunaan Anusapati oleh oleh Tohjaya. Tohjaya menjadi raja menggantikan Guning Bhaya (Agmibhaya). Agar lebih jelas lihat lampiran struktur kerajaan Singosari menurut prasasti Mulamalurung tahun 1255.
Namun Mulamalurung tidak menceritakan bahwa KenArok di bunuh di Dampar Kencana. Dengan bercabang garis keturunan Ken Arok pergantian kekuasaan atau sukses tetap memendam bara api.
·         Kidung Harsawijaya, mengatakan arya Wiraraja pada masa Singosari adalah seorang demang.
·         Kidung Wijayakrama tidak menyebutkan dengan pasti apa jabatannya.
·         Demikian juga dalam kitab Pararaton yang diterjemahkan oleh Drs. Pitono (th. 1966) dan pararaton yang diterjemahkan oleh Ki. J. Padmapuspita (th 1956), hanya menyebutkan Arya Wiraraja adalah seorang bawahan (hamba Kertanegara).
·         Drs. Abdur Rachman menyebutkan bahwa jabatan/pangkat Arya Wiraraja adalah Demang Nayapati di Singosari.
Dari beberapa gambaran diatas saya dapat menarik kesimpulan :
·         Gelar Arya Wiraraja menunjukkan bahwa Banyak Wide (Wiraraja) termasuk Pegawai Tinggi atau orang penting dikerajaan Singosari.
·         Penasehat spiritual yang dimaksudkan oleh penterjemah dasarnya seorang penasehat ahli strategi (politikus) yang bisa membaca situasi. Kecemerlangan analisa-analisanya menyebabkan orang mengira dia punya suatu kelebihan sebagai orang yang bisa meramal kejadian-kejadian yang akan datang.
·         Kedudukan jabatan dalam pemerintah Singosari menyebabkan dia dekat sekali hubungannya dengan penguasa Singosari (Raja Kertanegara).
·         Kemungkinan lain yang mendekati kebenaran ialah Demang Kerajaan Bwahan Singosari (Mering) yang menurut prasasti Mulamalurung diperintah oleh Narasingamurti. 
Secaningrat (Wisnuwardhana) merasa berhak atas kerajaan Dhaha dan Singosari karena perkawinannya dengan Wanihiun (putera Mahesa Wongateleng). Pada tahun 1250 dia menjatuhkan Dhaha dan Singosari. Namun ia bertindak hati-hati. Narasingamurti (Mahesacempaka) dijadikan ratu Anggabhaya dengan kekuasaan daerah Hering. Ada sedikit benturan dalam penobatan Wisnuwardhana menurut prasati Mulamalurung. "sebuah keterangan yang sangat menarik mengenai penobatan Nararyya Sminingrat kita dapati pula didalam prasasti ini. Keterangan itu menyebutkan bahwa sepenggal Nararyya Tohjaya, semua pejabat dengan pemimpin oleh sang Pamget Ranu Kabayan Sang Apanji Pati-Pati menobatkan Nararyya Sminingrat menjadi raja di Tumapel (Nararyya Sminingrat Tapinasangaken Prajapatya)".
Keterangan tersebut menimbulkan kesan tentang tidak adanya calon yang sah untuk duduk diatas tahta kerajaan atau terdapat bebrapa orang yang tidak berhak yang berusaha untuk menjadi raja.
Menurut prasasti Mulamalurung Wisnuwardhana memerintah mulai tahun 1250 yang menguasai Dhaha dan singosari. Rasa khawatir akan timbulnya sengketa kekuasaan jika kelak dia telah tiada, menybabkan ia buru-buru melantik putera nya Kertanegara sebagai raja muda di Dhaha. Hal ini rupanya untuk mengokohka kekuasaan keturunannya.
Pelantikan Kertanegara sebagai Raja Muda diceritakan dalam prasasti Mulamalurung atau Negarakertagama dalam pupuh XLI 3.12) "Tahun Saka rasa gunung bulan (1176) Batara Wisnu manubatkan puteranya. Segenap rakyat Kediri janggala berduyun-duyun mengastubagia. Raja Kertanenagara nama gelarnya, tetap demikian seteusnya. Daerah Kutaraja bertambah makmur, berganti nama Praja Singasari".

4. Arya Wiraraja Adipati Sumenep
Pararaton menceritakan secara singkat dilantiknya Arya Wiraraja menjadi Adipati di Sumenep yang berkedudukan di Madura timur, yang berbunyi :
"Hanata Wongira, babatangira buyuting Nangka, Aran Banyak Wide, Sinungan Pasenggahan Arya Wiraraja, Arupa tan kandel denira, dinohaksen, kinun adipati ring Sungennep, anger ing madura wetan".
Yang artinya :
Adalah seorang hambanya, keturunan orang ketua di Nangka, bernama Banyak Wide, diberi sebutan Arya Wiraraja, rupa-rupanya tidak dipercaya, dijauhkan disuruh menjadi adipati di Sumenep. Bertempat tinggal di Madura sebelah timur.
Pararaton tidak mencantumkan tanggal maupun tahun peristiwa di atas tersebut. Pararaton hanya menceritakan sesudah Wisnuwardhana mangkat dan Kertanegara menggantikan menjadi raja, Wiraraja dipindahkan ke Sumenep.
5. Peranan Arya Wiraraja Dalam Membantu Raden Wijaya Mendirikan Kerajaan Majapahit
Mengenai peranan Arya Wiraraja dalam membantu Raden Wiraraja menaklukkan Jayakatwang, mengusir tentara Tartar, sampai tegaknya kerajaan Majapahit diceritakan secara lengkap dalam Pararaton. Kidung Panji Wijayakrama, kidung Ranggalawe dan Kidung Harsawijaya.
Beberapa prasasti seperti Piagam Kedadu (11 September 1294) dan Prasasti Sukamerta (29 Otober 1295), menyebutkan peristiwa-peristiwa penting yaitu pengungsian Raden Wijaya ke Madura.
a.       Pararaton.
1.      Raden Wijaya menyeberang ke utara turun perahu terhalang malam ditengah sawah didaerah perbatasan Songennep, bermalam ditengah sawah yang baru saja habis disikat pematangnya.
Sembah Wiraraja : Janganlah Tuanku khawatir hanya saja hendaknya tuan bertindak perlahan-lahan.
2.      kata Raden Wiraraja : Bapa Wiraraja, sangat besar hutangku kepadamu, jika tercapailah tujuanku, akan kubagi dua tanah Jawa nanti, hendaknya kamu menikmati seperduanya, saya seperdua. Kata Wiraraja Bagaimana saja, Tuanku, asal Tuanku dapat menjadi raja saya.
Demikianlah janji Raden Wijaya kepada Wiraraja.
3.      Lama Raden Wijaya bertempat tinggal di Songennep.
Disitu Arya Wiraraja berkata : Tuanku hamba mengambil muslihat, hendaknyalah Tuan pergi menghamba kepada raja Jayakatong, hendaknya Tuan seakan-akan minta maaf dengan kata-kata yang mengandung arti tunduk; kalau sekiranya raja Jayakatong tak keberatan, tuan menghamba itu, hendaknyalah tuan lekas-lekas pindah bertempat tinggal di Dhaha, kalau rupa-rupanya sudah dipercaya, hendaknyalah tuan mohon hutang orang terik kepada raja Jayakatong, hendaknyalah tuan membuat desa disitu. Hamba-hamba Maduralah yang akan menebang hutan untuk dijadikan desa, tempat hamba-hamba Madura yang menghadap tuanku dekat.
Adapun maksud tuanku menghamba itu, agar supaya tuan dapat melihat-lihat orang-orang Jayakatong siapa yang setia, yang berani, sifat-sifat Kebo-Mundarang, sesuadh itu semua dapat diukur hendaknyalah tuanku memohon diri pindah ke hutan orang Terik yang sudah dirobah menjadi desa oleh hamba Madura itu.
  1. Kidung Panji Wijayakrama.
Dalam Kidung Panji Wijayakrama peranan Wiraraja dalam membantu Raden Wijaya tidak ada perbedaan yang prinsip jika dibandingkan dengan Pararaton.
c.       Kidung Harsa Wijaya.
Atas nasehat sang pertapa mereka (Raden Wijaya) menyebrang ke Madura untuk minta bantuan Arya Wiraraja. Dan di Madura Raden Wijaya menentukan saat yang tepat, untuk merencanakan kembalinya atau merebut kerajaannya.
Kepada Wiraraja ia berjanji akan memberikan separuh kerajaan atas jasa-jasanya dan bantuannya yang tidak terhingga.
Dari gambara-gambaran yang diceritakan oleh sumber-sumber diatas, peranan Arya Wiraraja bukanlah hanya memberikan bantuan kekuatan tentaranya, jauh dibalik itu Wiraraja adalah seorang penganut strategis, dan inspirator berdirinya kerajaan Majapahit.
Tepatlah kiranya apabila Ia disebut sebagai Aktor intelektualis. Penulis sejarah Majapahit tidak akan pernah lepas dari peranan Arya wiraraja serta orang-orang Madura awal pendirinya.
6. Keteladanan Arya Wiraraja
Seorang karena manusiawi, pastilah memiliki kebaikan dan keburukan, kelebihan atau kekurangan. Dalam hal ini kami akan meninjau dari "kebaikan atau kelebihan" agar mempelajari sejarah memperoleh hikmanya.
1.      Tahu membaca jaman
Akibat kemahiran berdaya tebak sehingga siapa "coming" man yang akan muncul sebagai penguasa, maka Arya Wiraraja mengikuti jejak ini, sehingga tindakannya mirip dengan tindakan insan politik jaman kini. Bagi orang yang tidak mengikuti "membaca jaman", tindakan Arya Wiraraja ini akan dianggap sebagai penghianatan, seperti pengmbaraan dari Dr. H. J. De Graff.
Mengingat pendirian demikian, maka ia pastilah "anak jaman", "Wongira" orang yang berkuasa/akan berkuasa. Hal ini terbukti :
    • Mengabdi kepada Kertanegara sebagai Adipati Songennep.
    • Mengingatkan jayakatwang untuk menumbangkan Kertanegara, dan kawannya Empu Raganatha.
    • Memberikan perlindungan kepada R. Wijaya dan menjanjikan untuk menolong jadi Raja.
    • Membujuk tentara Mongol/Tartar untuk bersama R. Wijaya menumbangkan Jayakatwang.
    • Bersama R. Wijaya menghancurkan tentara Mongol/Tartar
    • Memberikan puteranya menjadi korban pemberontakan terhadap R. Wijaya. (Peristiwa Rangga Lawe).
    • Menjadi "Gubernur"Lumajang, dan dari sana membiarkan Nambi memberontak terhadap R. Wijaya.
Mengingat kepekaan "membaca jaman" ini, arya Wiraraja dalam semua tindakannya bagaikan "kontrofersi". Barangkali hal ini ia sebagai "anak jaman" merupakan produk pada jaman itu, dimana tokoh Kertanegar juga banyak membuat kontroversial.
2.      Nasionalisme
Pengabdian Arya Wiraraja adalah untuk Kertanegara yang paling lama. Maka segala sepak terjang Kertanegara dalam usahanya menyatukan Nusantara penaklukan Bali dan Melayu, diketahuinya dengan pasti dan Arya Wiraraja merupakan bagian dari penyatu tersebut. Dimana saja is bertugas, tanpa pandang suku dan wilayah, dilaksanakannya dengan baik. Sejak di Singosari, songennep, Mojopahit, sampai di Lumajang, ia bekerja dengan baik, sehingga ia di semua tempat tersebut dihormati dan dianggap sebagai pemimpinnya.
3.      Setia pada tugasnya
Manifestasi kesetiaan Arya Wiraraja ini akan tugasnya tidak pernah menolak tugas. Ia dengan setia menempati pos kerjanya.
o    Sebagai "babatananira" ia berdomisili di Singosari.
o    Sebagai Adipati ia berdomisili di Songennep.
o    Sebagai "pelindung" ia aktif mendirikan Mojopahit.
o    Sebagai rakyat menteri ia berdomisili di Mojopahit.
o     
4.      Sebagai kuasa usaha Blambangan ia berdomisili di Lumajang akhir hayatnya.
Manifestasi kesetiaannya ini juga tercermin dalam sikap diamnya ketika mengetahui puteranya Ranggalawe dibunuh secara kejam ketika mengadakan pembangkangan terhadap Raden Wijaya. Demikian pula terhadap Nambi yang melakukan dari Lumajang sendiri.
Manifestasi sikap diam dan kesabarannya ini merupakan kesetiaan yang tinggi pada jaman tersebut, yang tercermin ketika pertama kalinya "dijauhkan" ke Songennep.
Kesetiaan yang menonjol lainnya ialah ketika ia dengan rendah hati menolong R. Wijaya yang terlunta-lunta dengan menjanjikan untuk mengembalikannya sebagai raja.
5.      Cerdik
Kecerdikan Arya Wiraraja sangat nampak ketika "menyutradarai" berdirinya kerajaan Majapahit dengan tokoh sentral Raden Wijaya. Urutan sekenarionya adalah :
6.      Agar R. Wiraraja pura-pura menyerah kepada Prabu Jayakatwang.
7.      Wiraraja kemudian mengirimkan surat dengan utusan yang menyatakan bahwa R. Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada sang Prabu Jayakatwang.
8.      Agar R. Wijaya diterima sebagai pegawai istana.
9.      Selama tinggal di istana agar menyelidiki kekuatan tentara Dhaha/ Kediri.
10.  Bila kelak telah dipercaya, agar mengajukan permohonan untuk membuka hutan Tarik. Dan tenaga akan di kerahkan dari Madura. Apabila daerah Tarik telah siap, agar R. Wijaya pindah menetap disana.
11.  Selanjutnya R. Wijaya agar mencari simpati orang-orang Tumapel dan menariknya untuk menetap di tarik.
12.  Orang Madura akan dikerahkan ke Tarik sehingga perkampungan tersebut menjadi kuat (menjadi Majapahit), dan siap untuk melawan Dhaha.
13.  Aria Wiraraja menghubungi tentara Tartar/Mongol untuk bersama menggempur Jayakatwang dengan janji akan menganugerahi putra-putri keraton yang cantik.
14.  Penghancuran tentara Jajakatwang oleh tentara tarta yang juga dibantu R. Wijaya dan Wiraraja.
15.  Penyerahan tentara keraton hendaknya diterima oleh pembesar tentara Tartar tanpa senjata, karena putra-putri tersebut "Alergi" terhadap senjata.
16.  Penyerangan tentara Tartar yang tidak berdaya oleh R. Wijaya bersama Wiraraja sampai kelaut.
 Penobatan R. Wiraraja sebagai raja Majapahit.

http://disbudparpora.sumenep.go.id/id/index.php?s=w&m=1