.quickedit{ display:none; }

Jumat, 29 April 2011

Macapat ; Budaya Madura Yang Mulai Dilupakan Masyarakatnya


Budaya merupakan hasil karya dan karsa manusia. Begitulah kita sering memahaminya. Sebagai sebuah hasil karya dan karsa, budaya menjadi identitas sebuah daerah yang itu sangat ditentukan oleh latar belakang manusianya, baik dari segi tempat, pen didikan,agama, sosial, ekonomi maupun politiknya. Sehingga, dengan sendirinya perbedaan latar belakang juga akan menyebab kan perbedaan sebuah kebudayaan.

Bangsa Indonesia, merupakan bangsa yang sangat plural dalam berbagai aspek selain itu Bangsa Indonesia juga terdiri dari berbagai macam daerah, yang tiap daerah memiliki ciri khas yang tidak sama dengan daerah yang lainnya. Berangkat dari pluralitas bangsa maka keragaman dalam banyak hal menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Penyeragaman justru akan menjadi ancaman bagi integritas bangsa itu sendiri. Upaya mempersatukannya, malah harus dengan menghargai adanya keragaman. Tanpa memaksakan pada kehendak sindiri, kelompok maupun golongan.

Kebudayaan adalah salah satu keragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tidak bisa dinafikan lagi, dalam bangsa yang plural maka munculnya berbagai macam kebudayaan menjadi sesuatu yang wajar. Sehingga, sebagai sebuah keragaman, maka keberadaannya hams diperhatikan dan dipertahanakan. Sebab upaya mempertahkan kebudayaan, bagian dari upaya mempertahankan integritas bangsa.

Madura merupakan salah satu daerah yang ada di Indonesia. Yang keberdaannya juga menjadi satu kesatuan dari pada bangsa itu sendiri. Sebagai bagian dari bangsa yang plural, maka sudah sewajarnya jika Madura juga memiliki keragaman yang berbeda dengan daerah-daerah lain dan itu menjadi ciri tersendiri yang dimiliki oleh Madura.

Selama ini Madura sangat dikenal dengan daerah yang kaya akan kebudayaan. Berbagai kebudayaan lokal yang lahir dan berkembang di Madura. Ada kebudayaan yang berupa kesenian tradisional,benda-benda peninggalan dan ada juga kebudayaan yang kental dengan nuansa religiusnya.

 Salah satu kebudayaan yang dimiliki Madura adalah macopat. Kebudayaan ini sudah ada sejak puluhan tahun yang silam, dan sampai sekarang juga masih ada dan berkembang. Kebudayaan ini biasanya banyak kita temui di daerah pedesaan.

Macopat atau juga ada yang menyebutnya dengan mamaca, merupakan kebudayaan madura yang juga bisa dikategorikan berbentuk kesenian. Tembang yang ditulis dengan bahasa jawa ini dilantunkan dengan syair-syair tertentu, atau juga yang dikanal dengan istilah tembeng. Dan selain dibaca dengan syair-syair tertentu, biasanya ketika dibaca ada orang ke dua yang mengartikan bacaan-bacaan tersebut atau menterjemahkan ke dalam bahasa dearah, dan orang tersebut biasanya disebut dengan “  panegges  atau tokang tegges “ .

Selain panegges, yang tidak kalah menariknya biasanya dalam pembacaan macopat ini terkadang diringi dengan alunan musik, dan yang sering dengan menggunakan seruling. Sehingga dengan kolaborasi antara pemabaca tembeng, kemudian ada yang mengartikan yang disebut tokang tegges, dan diiringi dengan musik seruling, maka tampak kedengaran dengan begitu indah. Sungguh merupakan kebudayaan yang sangat unik dan patut diapresisasi, yang paling penting lagi adalah patut untuk dilestarikan keberadaannya.

Dan tak kalah penting lagi, macopat bukan hanya tembang-tembang tanpa makna. Dibalik keidahan syiar yang dilantunkan, macopat  juga berisi tentang cerita-cerita yang mengandung nilai-nilai luhur yang patut untuk diikuti.

Biasanya juga macopat  bacaannya berupa hadist-hadist Nabi yang ditulis dalam bahasa jawa atau juga cerita-cerita masa lalu. Sehingga dengan demilikian kitajuga bisa mengambil pelajaran luhur darinya.

Dalam perjalanannya, sebagai bentuk upaya pelestarian budaya ini, di Desa-desa diadakanlah yang namanya arisan-arisan. Atau masyarakat lebih mengenal dengan sebutan kompolan mamaca. Dalam kompolan ini selain ada pembacaan macopat juga ditarik uang, yang nominalnya sebenarnya tidak terlalu be sar, sebab bagi mereka (masyarakat) subtansi nya adalah macopatnya bukan arisannya. Aris an hanya sebagai salah satu media untuk bisa melestarikan kebudayaan macopat tersebut.

Selain ada kompolan mamaca, macopat juga biasanya dibacakan dalam acara-acara tertentu di desa. Seperti halnya ketika pada rokat, yakni acara mandi yang dilakukan pada pasangan suami istri yang sedang hamil. Dan pada acara-acara lainnya.

Bagi sebagian masyarakat pedesaan, kebu dayaan macopat adalah kebudayaan yang sa ngat penting. Bahkan dulu sampai ada desa dimana di desa tersebut macopat menjadi salah satu syarat orang untuk mendapatkan tuna ngan. Meski tidak ada kesepakatan secara ter tulis, namun dengan sendirinya itu sudah men    jadi hukum adat di suatu desa. Sehingga belajar macopat juga sangat diuatamakan. Biasanya dulu seorang anak yang usia SD sudah mulai bela jar macopat  pada orang-orang tertentu yang mimang ahli. Setelah habis belajar membaca Al-Qur’an atau nagaji di Langgar biasanya lang sung pergi belajar macopat. Begitulah kebera daan kebudayaan Madura yang bernama macopat.

Namun dalam perjalanannya, kubudayaan ini juga tidak beda nasibnya dengan kebuda yaan-kebudayaan Madura yang lainnya. Kebera daannya ditengah-tengah kehidupan masyara kat sudah mulai tidak diperhatikan. Jadi yang namanya macopat juga sudah hampir “punah”, Tidak lagi banyak masyarakat yang peduli dan berusaha untuk melestarikannya. Seperti di desa yang dulunya meski tidak secara tertulis sudah menjadi prasyarat dapat tunangan, sekarang tidak lagi. Bahkan tragisnya, sekarang juga sudah banyak orang Madura yang sama sekali tidak mengenal kebudayaan tersebut.

Itulah realitas memilukan tentang perjalanan kebudayaan kita. Kebudayaan Madura yang itu menjadi identitas, atau jati diri sebagai masya rakat Madura sudah mulai ditinggalkan. Masya rakat yang seharusnya berusaha untuk melesta rikan terkadang juga malah lebih bersifat apriori terhadap kondisi yang demikian. Jika itu yang terns terjadi, maka masa depan Madura pasti akan suram. Kalau sekarang yang mulai hilang adalah kebudayaannya, maka tak ayal pada ta hun-tahun berikutnya justrn Maduranya yang juga akan hilang dari pusaran zaman. Inilah tantangan terbesar bagi masyarakat Madura, yakni merawat dan melestarikan budaya-budaya yang dimilikinya.

Realitas memilukan tersebut, seharusnya menjadi keprihatinan semua pihak. Semua kom ponen masyarakat Madura hendaknya sekarang sudah hams menoleh dan memperhatikan kebe radaan kebudayaan yang sudah mulai hilang dari kehidupan masyarakatnya. Budayawan-buda yan Madura juga sehamsnya tidak hanya bisa mewacanakan tentang kebudayaan Madura. Lebih dari itu juga sudah harus melakukan lang kah-langkah konkrit.

Salah satu contohnya apa yang direkomendasikan acara Kongres Kebudayaan Madura (KKM) juga harus segera direalisasikan. Sehingga acara yang menelan biaya puluhan juta tersebut tidak sia-sia. Yang haruss diingat acara tersebut, bukan hanya media unjuk kebo lehan atau kepintaran budayawan yang ada di Madura. Namun itu merupakan upaya untuk melestarikan kebudayaan Madura.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Jancok,, kok gak iso di kopi telek

Posting Komentar

katakan kata-katamu